Jumat, 30 April 2010

Pembalikan Medan Magnetik Bumi

Menyaksikan kedahsyatan bencana alam tanggal 26 Desember 2004 lalu, banyak orang mencari sebab terjadinya ketidakstabilan lempengan Bumi. Peringatan tentang kiamatnya dunia, ilmuwan amatir percaya bahwa pembalikan medan magnet Bumi ada kaitannya dengan bencana ini.

Para ilmuwan telah mengamati perubahan arah magnet Bumi yang sekarang sedang terjadi sebagaimana telah terjadi di masa silam. Situs web NASA memuat peta tentang perubahan arah Utara dari masa 150 tahun yang lalu hingga kini. Karena telah begitu lama waktu sejak terakhir kalinya terjadi, banyak yang percaya kita berada di awal masa perubahannya. Bagaimanapun Bumi membutuhkan waktu paling sedikit 5000 tahun hingga 50 juta tahun. Sepertinya tidak tepat untuk berasumsi bahwa bencana ini disebabkan oleh perubahan arah medan magnet Bumi.

Tidak hanya arah, tetapi kekuatan dari medan magnet juga menjadi perhatian. Pada masa dinosaurus menguasai Bumi, kekuatannya 2,5 Gauss sekitar 80% lebih kuat daripada sekarang. Mungkin itulah kenapa ada kehidupan yang berukuran raksasa seperti dahulu. Teori tentang punahnya seluruh binatang raksasa oleh satu bencana besar telah banyak diterima tetapi ada yang aneh seperti punahnya mamalia berukuran besar seperti mammoth yang masih menjadi misteri.

Ukuran binatang yang lebh kecil sekarang mungkin sebagai akibat dari melemahnya medan magnet Bumi. Ribuan tahun yang lalu saat bangsa Cina dengan pengetahuannya tentang energi bio-elektrik dikenal sebagai “meridian”, menyebutkan medan magnet mempengaruhi bentuk kehidupan. Bangsa ini menggunakan batu-batu bermagnet untuk pengobatan. Dalam abad terakhir ada lebih banyak pengurangan kekuatan medan magnet Bumi hingga 5% sehingga sekarang cuma tinggal 0.5 Gauss. Hal ini telah membuat Dr. Dean Bonlie untuk menyebutkan “sindrom kekurangan magnet” untuk kasus stress biologis.

Melemahnya medan magnet Bumi dipercaya sebagai awal dari pembalikan arah medan magnet Bumi. Pada masa lalu kejadian ini telah dikonfirmasikan pada catatan geologi. Yang belum jelas adalah bagaimana kejadiannya dan apa yang terjadi pada kehidupan di permukaan Bumi saat itu.

Apakah medan magnet Bumi dapat melemah hingga 0 Gauss? Prediksi paling pesimis menyebutkan peralatan elektronik akan terkena resikonya : antara rusak atau tidak dapat digunakan sama sekali, seluruh satelit akan hilang termasuk stasiun angkasa. Efek bagi kehidupan biologis meliputi dari burung yang kehilangan arah migrasinya hingga penurunan sistim kekebalan tubuh dan tingginya kasus kanker.

Lebih parah lagi, atmosfir akan menipis dan turun sehingga membuat sindrom ketinggian di dekat permukaan laut bahkan pancaran sinar kosmis yang mematikan akan membunuh sebagian besar mahkluk hidup di permukaan Bumi. Hanya yang tinggal di gua-gua di dalam Bumi akan bertahan. Skenario ini telah membuat sejumlah orang membangun bunker bawah tanah dengan harapan untuk bertahan.

Melawan pandangan mengerikan ini, NASA meramalkan bahwa tidak menjadi 0 Gauss, tetapi medan magnet Bumi akan kacau. Saat itu kita akan memiliki lebih dari satu Kutub Utara dan satu Kutub Selatan. Laporan ilmiah resmi menyebutkan atmosfi tidak akan menghilang dan komunikasi hanya akan terganggu dan menjelang saat itu manusia akan menemukan cara untuk bertahan. Tetapi ada yang menentang, mengingat anomali magnet di Atlantik Selatan dan kerusakan akibat radiasi pada satelit yang beredar di daerah itu dikatakan sebagai akibat dari hilangnya atmosfir.

Teori ini didukung oleh bukti geologi bahwa saat pembalikan terakhir, atmosfir tidak hilang. Aliran lava dari Gunung Steen memperlihatkan kutub magnet berputar mengelilingi lingkaran tropis tiga kali. Meskipun kekuatannya berkurang hingga 20% tetapi tidak pernah menjadi 0 Gauss.

Teori bahwa aktivitas dari inti luar Bumi yang terbuat dari logam yang meleleh menyebabkan terjadinya medan magnet sedang hangat dibicarakan oleh ilmuwan. Aktivitas jauh di bawah inti Bumi dipercaya dapat menyebabkan pergerakan lempengan Bumi dan menyebabkan gempa.

Ada teori alternatif tentang terjadinya medan magnet Bumi. Ernest McFarlane dalam artikelnya “Asal muasal medan magnet Bumi” menyebutan sebuah sistem yang terbuat dari sel-sel elektronik di dalam inti logam yang mengkristal dengan titik-titik panas dari logam berat yang memancarkan partikel Alpha dan Beta. Karena suhu yang tinggi partikel Alpha tidak dapat menyatu dengan elektron bebas. “Akibatnya terjadi putaran dari dalam dan luar inti… medan magnet tercipta sebagai akibatnya”.

Teori mana yang benar? Mungkin kita sendiri yang akan mengalaminya.

Matahari mengubah medan magnetnya seperti putaran jam setiap 11 tahun di puncak siklus sunspot. Siklus terdekat diperkirakan terjadi tahun 2012. Sunspot (bintik Matahari) adalah magnet yang lebih kuat bahkan dari intinya yang secara terus menerus bergerak. Walaupun kejadian seperti ini tidak banyak dipahami, peneliti angkasa Ulyssess telah mengirimkan sejumlah data yang dapat menjawab banyak pertanyaan.

PES Network berusaha untuk menarik orang-orang di seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam pengumpulan data medan magnet. Sebuah situs web di PESWiki.com telah dibuat untuk kepentingan ini. Anda disarankan untuk membuat “garis dasar” dengan menentukan arah Utara akurat untuk lokasi Anda dan melaporkan derivasi dari arah dan derajat dari arah dasar tadi.

Seorang sukarelawan dari Kanada bagian Barat yang menggunakan kompas besar buatan sendiri menemukan variasi sebesar 10 derajat dalam beberapa hari. Karena heran sukarelawan ini meminjam kompas sensitif dan menemukan anomali ini memang terjadi.

Bila Medan Magnet Bumi Bocor

Apa yang terjadi apabila dua batang magnet yang kutubnya sejajar didekatkan? Tentunya akan salik tolak menolak, demikian juga dengan interaksi medan magnet Bumi dan Matahari. Medan magnetik Bumi dianggap sebagai pelindung Bumi terhadap angin Matahari, dan interaksinya bergantung pada orientasi kutub-kutub magnetik Bumi dan Matahari. Kedua medan magnetik Bumi dan Matahari mempunyai orientasi utara dan selatan. Arah kutub magnetik Bumi selalu menghadap pada arah utara-selatan. Demikian juga dengan Matahari, akan tetapi medan magnet Matahari secara periodis berubah orientasinya, kadang berkesejajaran (aligned) dengan medan magnet Bumi, kadang menjadi anti-sejajar (anti-algined).



Jika selama ini dipercaya bahwa medan magnet Bumi menjadi pelindung terhadap badai yang datang dari Matahari dan menghantam Bumi, karena kalau arah medan magnetnya saling berkesejajaran, tentunya yang terjadi adalah tolak menolak, sehingga perisai medan magnet sedang kuat-kuatnya, dan hanya sedikit partikel yang bisa masuk ke lingkungan Bumi, tetapi temuan terkini menunjukkan bahwa Bumi tidak sepenuhnya terlindung dari badai Matahari, karena adanya kebocoran pada medan magnet Bumi dan lebih banyak partikel yang masuk dan mengganggu lingkungan Bumi.

Sebelumnya, para ilmuwan Fisika Matahari mengetahui bahwa partikel-partikel Matahari memasuki magnetosfer Bumi ketika medan magnet Matahari mengarah ke selatan, yaitu ketika menjadi anti-sejajar dengan Bumi. Tetapi pengamatan terkini dari satelit-satelit THEMIS (Time History of Events and Macroscale Interactions during Substorms) menunjukkan bahwa yang terjadi tidaklah seperti itu.

Kebocoran ini jelas mengubah pandangan tentang bagaimana interaksi antara lapisan magnetsofer dengan angin matahari, karena dari kebocoran tersebut partikel-partikel yang datang dari angin Matahari datang lebih cepat dan lebih banyak dari yang selama ini diperkirakan dan seluruh interaksi bertentangan dengan yang selama ini telah dipelajari oleh para peneliti Matahari. Bila sebelumnya perisai medan magnet Bumi adalah pada saaat yang terkuat karena medan magnet saling tolak menolak, ternyata malah menjadi yang paling lemah.

Untuk melakukan pengukuran tersebut, maka ada lima wahana THEMIS yang dikirim untuk mengukur ketebalan pita partikel Matahari yang datang ketika medan magnet saling sejajar – ternyata ditemukan sampai mencapai 20 kali dari jumlah yang didapat ketika medan magnet saling anti-sejajar.

Pengukuran THEMIS dilakukan seiring wahana melalui pita, dengan dua wahana berada pada batas yang berbeda dari pita; dan ternyata pita yang ditemukan mencapai setebal radius Bumi (sekitar 6437 km). Pengukuran lanjutan menunjukkan juga bahwa pita tersebut juga membesar secara cepat.

Bagaimana kebocoran tersebut dapat dideteksi? Ketika partikel-partikel Matahari mengalir dibawa oleh angin Matahari, angin tersebut membawa juga medan magnet Matahari mengarah ke Bumi. Medan magnet yang dibawa tersebut melapisi medan magnet Bumi saat sampai. Kendati pada wilayah katulistiwa mengarah pada arah yang berkesejajaran, tetapi pada lintang yang lebih tinggi, arahnya menjadi saling anti-sejajar. Dan ketika gaya yang bekerja menekan kedua medan tersebut bersamaan maka terjadi saling mengkait antara kedua medan magnet (saling menempel sebagaimana dua magnet yang saling berbeda arah gaya), dalam sebuah proses yang disebut sebagai rekoneksi magnet. Proses tersebut mengakibatkan adanya sobekan pada uda lubang pada medan magent Bumi dan menambahkan wilayah yang memungkinkan partikel-partikel dari Matahari masuk ke magnetosfer.

Ketika siklus sebelumnya medan magnet Matahari yang menghantam bumi mulai dari anti-sejajar kemudian menjadi sejajar, maka pada siklus ini yang terjadi adalah sebaliknya, mulai dari ketika medan magnet Matahari anti-sejajar kemudian menjadi sejajar, yang berarti adanya amplifikasi pada bagaimana badai saat menghantam Bumi. Dengan demikian, maka efek yang terjadi pada siklus ke -24 mendatang menjadi lebih besar daripada yang sebelumnya diperkirakan.